Mametmethu do au nian manjalo sude angka asi ni rohaM dohot sude hasintongan, angka na binahenMi tu naposoMon (1 Musa 32 : 10 a)

Kamis, 09 Januari 2020

Khotbah Minggu, 12 Januari 2020

HAMBA TUHAN MENJADI 

TERANG BAGI BANGSA - BANGSA


Yesaya 42 : 1 - 9 


Tema Minggu ini menyoroti tentang “ Hamba Tuhan “, yang dalam bahasa Ibrani disebut : “ EBED YAHWE “, dan dalam bahasa Yunani disebut : “ Doulos “. Kata Ebed Yahwe disebutkan oleh Yesaya dalam 4 Pasal, yaitu Pasal 42, 49, 50 dan 52.  Hamba Tuhan atau Ebed Yahwe yang dipaparkan oleh Yesaya disini menghunjuk kepada Mesias yang digenapi ratusan tahun kemudian dalam diri Yesus Kristus. Hamba Tuhan yang dimaksud Yesaya disini adalah sosok Hamba yang kepadaNya Allah berkenaan.


Kehadiran sang Ebed Yahwe ini diyakini oleh Yesaya akan menjadi solusi dalam keterpurukan yang dialami oleh bangsa Israel yang terbuang saat itu. Gambaran keterpurukan Israel pada saat itu dan orang percaya pada saat ini, di ayat 3 digambarkan ibarat “ buluh yang patah terkulai  “ dan “ sumbu yang pudar nyalanya “. 

Buluh adalah sejenis tumbuhan seperti alang-alang yang tumbuh liar yang sangat umum di sepanjang tepi sungai di Israel. Seseorang dapat menemukan ribuan bahkan puluhan ribu alang-alang. Buluh yang patah sangat lumrah untuk dibuang karena selain tidak berharga sama sekali, sekaligus menjadi tidak berguna sama sekali. Buluh yang patah dan yang tidak berguna itulah gambaran dari orang percaya, yang karena keberdosaannya layak untuk dibuang. Namun di ayat 3 ini dikatakan bahwa : “ Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya “, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan, namun masih bisa dipakai. Begitulah gambaran manusia yang walau sesungguhnya ibarat sumbu yang pudar nyalanya, tetap akan dipakai Tuhan menjadi terang bagi orang disekitarnya.

Kehadiran sang Ebed Yahwe yang dinubuatkan oleh Yesaya disini kelak akan menjadi sosok pembaharu dan penyelamat dan menjadi terang bagi bangsa bangsa yang telah hidup dalam kegelapan duniawi. Bandingkan ayat 6 : “ "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan,  telah memegang tanganmu;  Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa. Ayat 6 tersebut adalah misi sang Ebed Yahwe ditengah dunia ini, namun sekaligus juga menjadi misi setiap orang percaya, karena semua orang percaya adalah hamba Tuhan yang diutus ditengah-tengah dunia ini menjadi saksiNya, menjadi garam dan terang bagi isi dunia ini.
Tema kita minggu ini adalah : Hamba Tuhan menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Apa arti menjadi terang bagi bangsa-bangsa berdasarkan nubuatan Yesaya dalam perikop ini ?
Dari apa yang dinubuatkan Yesaya dalam perikop ini, menjadi terang bagi bangsa-bangsa memiliki dua (2) arti, yakni :
1. Terang bagi orang lain
Yesaya 42:7, “untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.”. Menjadi terang berarti ada bagi pihak lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Sama seperti fungsi menara mercusuar. Mercusuar ada untuk menerangi, menunjukkan dan membimbing kapal yang sedang berlayar disekitarnya agar tidak menabrak karang yang dapat membuat kapal menjadi karam. Maka hamba Tuhan yang menjadi terang bagi bangsa berarti menyadari bahwa kita ada bagi orang lain dan berperan sebagai petunjuk dan pembimbing agar mereka dapat mengenal dan memuliakan Tuhan (Mat 5:16).

2. Terang berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran
Irenaeus mengatakan Gloria Dei vivens homo vivens (kemuliaan Allah adalah kehidupan manusia yang sepenuhnya). Kalimat ini mau mengingatkan bahwa ketika kita memperjuangkan kehidupan manusia yang manusiawi, itulah saat Tuhan dimuliakan. Hal ini yang juga ditekankan di dalam Yesaya 42:7. Oleh sebab itu, menjadi terang berarti berjuang bagi kebaikan, keadilan dan kebenaran yang memanusiakan manusia, pada saat itulah kita sedang memuliakan Allah.
Bagaimana memperjuangkan kebaikan, keadilan dan kebenaran dalam kehidupan? Maka mulailah dari hal yang sederhana salah satunya adalah pada saat berbelanja terkait dengan hobi menawar harga semurah mungkin. Mampukah kita memanusiakan manusia, memperjuangkan kebaikan, keadilan dan kebenaran dengan cara membeli dengan harga yang wajar? Dengan pedagang di pasar tradisional, pedagang keliling kita menawar harga supaya bisa berkurang seribu, dua ribu sekuat tenaga, padahal ketika belanja di supermarket yang harganya jauh lebih mahal kita membeli tanpa menawar.
Yesaya mencatat kita dipanggil menjadi terang bagi bangsa-bangsa, yang berarti bahwa jadilah terang dalam keutuhan hidup sehari-hari di segala aspek dan bukan cuma di gereja. Jadi terang di gereja itu baik, tetapi jangan jatuh dalam keasyikan di gereja dan lupa dengan panggilan menjadi terang bagi bangsa. Maka jadilah terang ketika kita berelasi dengan tetangga, dengan mereka yang berbeda agama, dengan sanak saudara, dengan rekan bisnis, dan dengan semua orang yang kita jumpai dalam kehidupan.
Jadilah terang! Terangilah dunia dengan terang yang bersumber dari Sang Terang Dunia. Supaya banyak orang dapat Mengenal dan Datang kepada Sang Terang. Tuhan beserta kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar